Skip to main content

Cinta

Pagi Cinta Merdu terdengar di telinga  Dari pujaan hati di ujung sana  Membuat pipi merah merona  Janji bertemu di ujung senja  Jantung berdetak kala terpana Menghapus rindu di dalam dada Saat hati sedang berbunga  Jauh terasa lama Dekat menggengam asa  Bahagia jangan sirna  Abadi selamanya

Money Heist (La Casa de Papel): Resensi Film

 

Judul Film           : Money Heist (Season one)

Jenis Film           Aksi, Drama Kriminal, Misteri

Durasi                13 Episode @ 50 Menit

Negara Asal        Spanyol

Sutradara           Álex Pina

Penulis Naskah   Javier Gómez Santander

Produser            Álex Pina, Sonia Martínez, Jesús Colmenar, Esther Martínez 

                           Lobato, Nacho Manubens

Pemain              :Úrsula Corberó (Tokyo), Álvaro Morte (The Professor), Itziar 

                          Ituño (Raqueal Murillo a.k.a Lisbon),  Pedro Alonso (Berlin), 

                          Paco Tous  (Moscow), Alba Flores (Nairobi)  Miguel Herrán 

                          (Rio), Jaime Lorente (Denver), Esther Acebo (Mónica 

                          Gaztambide a.k.a Stockholm), Enrique Arce (Arturo), María 

                          Pedraza (Alison Parker), dan Darko Perić (Helsinki)

Produksi            : 2 Mei 2017





Money Heist” mengingatkan kita pada film sejenis  yang pernah sukses di layar kaca seperti “Ocean’s” dan “Ocean’s 8”. Film seri yang berasal dari Spanyol dengan genre drama kriminal, thriller, dan misteri. Diproduksi  oleh Álex Pina, dengan rencana awal ditulis terbatas untuk diceritakan dalam 15 episode dengan durasi  waktu penayangan 70 menit. Ditayangkan melalui jaringan televisi Spanyol dengan judul “La Casa de Papel” yang bila diterjemahkan dalam bahasa berarti “Rumah Kertas”. Film ini mencapai sukses penjualan ketika dikemas ulang dan  ditayangkan global  oleh Netfix dengan durasi 50 menit per episode dengan judul Money Heist.  


Mengisahkan sebuah perampokan terbesar di Spanyol, yang dinarasikan oleh Tokyo, salah seorang anggota komplotan. Mengambil latar belakang kota Madrid dan berlokasi di The Royal Mint of Spain, percetakan uang pemerintah Spanyol. Kisah diawali dari Professor, sosok yang misterius, yang menyelamatkan seorang pencuri, Úrsula Corberó (Tokyo) agar tidak masuk dalam perangkap polisi yang mengejarnya. Bersama dengan 7 (tujuh) orang lain, mereka berlatih selama 5 (lima) bulan untuk melakukan rencana besar tersebut untuk mencuri 2.4 miliar Uero dari percetakan uang tersebut.


Tokoh sentral dalam film ini adalah Professor, seorang yang karismatik tetapi pemalu, yang membujuk kelompoknya untuk melakukan perampokan tetapi di sisi lain dia mampu membuat penonton bersimpati dan berpihak pada gerombolan tersebut. Uniknya Professor mengatur, mendukung, dan mengawasi kelompok perampok tersebut dari luar percetakan.


Kelompok ini menggunakan nama kota sebagai panggilan anggotanya. Beranggotakan 8 (delapan) orang yaitu Tokyo; dan seorang perempuan lain dalam tim yang dipanggil Nairobi; kembar Serbia dengan sebutan  Helsinki dan Oslo; seorang ahli computer, Rio; Pasangan anak dan bapak, Moskow dan Denver; dan Berlin.Dalam melaksanakan perampokan tersebut, komplotan ini menggunakan seragam jumpsuit berwarna merah dengan topeng pelukis spanyol yang terkenal, Salvador Dali. Para perampok menyandera 67 (enam puluh tujuh) sandera dalam percetakan uang milik pemerintah Spanyol. Selama waktu ditersebut, para perampok menggunakan para sandera untuk mencetak uang dalam jumlah yang banyak. 


Film ini menarik perhatian saya karena jalinan konflik yang selalu datang bertubi-tubi dan dari segala arah. Kisahnya semakin menarik ketika disisipi kisah roman antara Professor a.k.a Salva dengan Inspektur   Raqueal Murillo, negosiator dari Kepolisian Nasional Spanyol yang ditugasi untuk menyelesaikan kasus perampokan tersebut. Aksi adu  strategi dari sang dalang komplotan dengan sang negosiator dikemas apik dan alami, disandingkan dengan jalinan romansa Salva dan Raquel membuat saya geregetan sekaligus tegang megikuti jalan ceritanya.


Film ini terasa mengalir enak diikuti dengan kejutan yang dipersiapkan pada setiap episode. Lagu yang berjudul "Bella Ciao" sangat sesuai dengan tema film, dan  pemilihan kostum jumpsuit berwarna merah dan topeng sangat mendukung kesan pemberontakan. Sebuah tontonan apik untuk menemani hari-hari semasa PSBB jilid dua ini.

Comments

Popular posts from this blog

Cinta

Pagi Cinta Merdu terdengar di telinga  Dari pujaan hati di ujung sana  Membuat pipi merah merona  Janji bertemu di ujung senja  Jantung berdetak kala terpana Menghapus rindu di dalam dada Saat hati sedang berbunga  Jauh terasa lama Dekat menggengam asa  Bahagia jangan sirna  Abadi selamanya

STATUS

Minggu pagi, saat bersantai sambil menikmati  segelas wedang rempah dengan pisang goreng, Asti menjelajahi deretan status Whatsapp. Ini pertama kali ia mengenal fasilitas tersebut di aplikasi pesan tersebut, Seharian ia masih asyik memeriksa status terbaru, seakan-akan ada jendela ajaib untuk mengintip keseharian mereka.  Status Dee, teman sekolah menengah pertama, menarik perhatian Asti. Dalam statusnya, Dee mengungah sebuah foto diri sambil memegang medali setelah menamatkan 10 K pertamanya dari sebuah ajang perlombaan berlari di kota pahlawan. Wajahnyanya penuh keringat dengan senyum bahagia. Medali berbentuk gambar jembatan suramadu  berwarna perak berdiameter 10 cm tergantung pada tali hijau. Hari itu Dee mengenakan kaos bertuliskan  berwarna hijau neon dengan kotak-kotak gradasi warna biru di bagian bawahnya.  “Mantap”, itu yang Asti sampaikan untuk mengomentari status itu. “Yuk ikutan lari”, balas Dee kemudian. “Hah, aku? Lari?” ketik Asti  sambil te...