Saat pertama kali diberi tugas menulis kesan pada sebuah buku, baru sadar jikalau sudah lama saya tidak membaca buku. Berbeda sekali saat masih duduk di bangku sekolah, saya suka berlama-lama membaca sebuah novel, majalah atau buku kuliah. Sejak pulang dari pendidikan pascasarjana, keseharian saya hanya diisi dengan bekerja, seakan waktu berjalan cepat sampai di penghujung hari tanpa membaca buku. Sebenarnya banyak buku yang saya beli, tetapi tidak pernah tamat dibaca, entah karena kelelahan bekerja atau kehilangan minat membaca.
Salah satu buku yang saya baca adalah buku karangan Retno Wulandari yang berjudul Media Darling ala Jokowi, Menjadi Sosok yang Disukai Media. Jujur, saya tidak ada minat untuk membaca buku ini. Buku ini dicetak pada kertas buram seperti LKS anak sekolah, sangat jauh dari tipe buku non-fiksi yang biasa saya baca, bergambar dan tercetak pada kertas glosi. Tapi entah mengapa, saya membacanya juga.
Buku Media Darling ala Jokowi, diawali dengan kata pengantar yang apik dari sang guru, Hermawan Kertajaya, Founder & CEO MarkPlus, Inc. Buku ini disusun rapi dan enak dibaca. Penulis mengawali bab dengan dengan kertas warna abu-abu dan diberikan petunjuk ringkas. Halaman ini seakan memberikan jeda kepada saya saat membaca. Sub judul dicetak menggunakan huruf berukuran lebih besar dan tebal. Kalimat yang digunakan ringan dan adanya penggunaan blok warna yang berbeda pada ringkasan. Sebagai buku non-fiksi, buku ini ditulis padat dan to the point sehingga mudah dicerna.
![]() |
| Kertas abu-abu, jeda baca yang melegakan |

enak baca tulisannya Mba
ReplyDeleteTerima kasih
Delete